Ala'uddin al-Bukhari al-'Aththar 

"Diam (menahan diri) adalah keadaan terbaik, kecuali dalam tiga hal:
Kalian tidak boleh berdiam diri dalam menghadapi gosip buruk yang terbersit dalam hatimu;
Kalian tidak boleh berdiam diri dalam mengarahkan dirimu untuk mengingat Sang Pencipta saat terjaga;
Dan kalian tidak boleh berdiam diri ketika pandangan spiritual dalam hatimu memerintahkan untuk bicara."

- Ala'uddin al-Bukhari al-'Aththar qs -

Ala'uddin al-'Aththar lahir sebelum pertengahan abad ke-14 Masehi. Beliau meninggalkan semua warisan ayahnya kepada kedua saudaranya dan mengabdikan dirinya untuk belajar di sekolah-sekolah di Bukhara. Beliau menjadi ahli di setiap bidang yang dipelajarinya, khususnya dalam bidang Sufisme dan Islam.

Beliau melamar putri Syah Naqsyband qs, memintanya untuk menikah dengannya. Jawaban Syah Naqsyband qs baru muncul di suatu hari, lewat tengah malam, ketika beliau terbangun dari tidurnya di Qasr al-'Arifan. Dengan segera beliau pergi ke sekolah di Bukhara di mana Ala'uddin qs tinggal. Di sana beliau melihat semua orang tertidur, kecuali Ala'uddin qs, yang tetap terjaga dengan membaca al-Qur'an diterangi cahaya dari sebuah lampu minyak yang kecil.

Beliau mendatanginya dari belakang dan menepuk pundaknya tetapi Ala'uddin qs tidak menoleh. Beliau menepuknya lebih keras, tetapi tetap diam. Melalui pandangan spiritualnya, Syah Naqsyband qs kemudian mengerti bahwa Ala'uddin qs tidak berada di sana tetapi sedang berada dalam Kehadirat Ilahi. Beliau lalu memanggilnya secara spiritual dan dengan segera Ala'uddin qs menoleh dan berkata,"Oh Guru." Syah Naqsyband qs berkata, "Aku bermimpi bahwa Rasulullah (saw) telah menerima lamaranmu kepada putriku. Dengan alasan itulah, Aku datang sendiri ke sini, di tengah malam, untuk menyampaikan kabar gembira ini."

Ala'uddin qs berkata, "Guru, Aku tidak punya apa-apa yang bisa dibelanjakan untuk putrimu maupun untuk diriku sendiri, karena Aku sangat miskin, seluruh warisan ayahku telah kuberikan kepada saudara-saudaraku. " Syah Naqsyband qs menjawab, "Anakku, apa pun yang telah dituliskan Allah ta'ala kepadamu di Hari Perjanjian akan tetap menjadi milikmu. Jangan khawatir, Allah ta'ala akan menyediakannya. "

Ala'uddin pernah bercerita, "Suatu hari seorang Guru bertanya kepadaku, "Bagaimana hatimu?" Aku berkata, "Aku tidak tahu bagaimana keadaan hatiku." Guru itu berkata, "Aku tahu hatiku, dia bagaikan bulan di sepertiga malam."

Aku lalu menceritakan hal ini kepada Guruku Syah Naqsyband qs dan beliau berkata, "Dia berkata berdasarkan keadaan hatinya." Ketika beliau mengatakan hal itu, beliau meletakkan kakinya di atas kakiku dan menekannya. Tiba-tiba Aku meninggalkan tubuhku dan melihat bahwa segala yang ada di dunia ini dan seluruh alam semesta berada dalam hatiku. Ketika aku terjaga kembali dari "keadaan spiritual" itu, beliau masih berdiri di atas kakiku, dan berkata, "Jika hati seperti itu, maka tak seorang pun yang dapat melukiskannya. Sekarang bagaimana menurutmu, Ala'uddin, hadits qudsi yang berbunyi, 'Bumi dan langit tidak dapat memuat diriku, tetapi AKU berada dalam hati orang-orang yang benar-benar beriman.' Ini adalah salah satu rahasia yang engkau harus pahami."

Selanjutnya Syah Naqsyband qs bertanggungjawab penuh atas perkembangan spiritual dirinya. Beliau mengangkatnya dari satu tingkat "kesadaran spiritual" ke tingkat lainnya dan mempersiapkannya untuk hadir dalam Kehadirat Ilahi dan untuk mendaki menara Pengetahuan Spiritual yang agung dan meninggalkan segala macam kebodohan spiritual untuk mencapai tingkat Realitas, Hakikat.

Beliau dilatih sedemikian sehingga memiliki kekhususan di antara sekian banyak murid Baha'uddin Naqsyband qs. Selama hidupnya Syah Naqsyband qs memerintahkannya untuk memberi pencerahan kepada para muridnya yang lain. Syaikh Ala'uddin qs sangat disayang dan diistimewakan oleh Syah Naqsyband qs karena kejujuran, kesalehan, kezuhudan, ketakwaan, dan kerendah-hatiannya, sebagaimana Nabi Yusuf 'alayhi as-sallam yang sangat disayang oleh ayahandanya, Nabi Ya'qub 'alayhi as-sallam.

Dari mutiara-mutiara nasehat beliau, Syaikh Ala'uddin qs, antara lain, berpesan:

Perihal Perilaku yang Benar:
"Kalian harus berada pada tingkat yang sesuai dengan orang-orang di sekitarmu dan menyembunyikan "keadaan spiritualmu" yang sebenarnya dari mereka, karena Rasulullah (saw) bersabda, 'Aku telah diperintahkan untuk berbicara kepada orang-orang sesuai dengan apa yang bisa dimengerti, ditampung oleh hati mereka.' "
"Waspadalah, jangan sampai menyakiti hati kaum Sufi sejati. Jika engkau menginginkan persahabatan mereka, pertama kalian harus belajar bagaimana bertingkah laku di hadapan mereka. Kalau tidak kalian akan menyakiti diri sendiri, karena jalan mereka adalah jalan yang paling halus, lembut, dan santun. Disebutkan bahwa, 'Tidak ada tempat di Jalan Kami bagi orang-orang yang tidak memiliki adab (etika) yang baik.' "

"Jika engkau mengira bahwa engkau telah berperilaku baik berarti engkau salah, karena memandang dirimu baik adalah suatu kesombongan. "

Perihal Dzikir Terbaik:
"Jalan untuk berkontemplasi (merenung, tafakur) dan meditasi lebih utama dan lebih sempurna daripada berdzikir dengan kalimat "Laa ilaaha illallah". Para pencari, melalui kontemplasi dan meditasi (muraqabat), dapat meraih pengetahuan internal (batin) dan mampu memasuki Kerajaan Surgawi (dalam kalbu). Yang dengan itu, dia akan diberi kemampuan, kekuasaan untuk "melihat" keadaan batin, realitas spiritual makhluk-makhluk Allah dan mengetahui apa yang terlintas dalam hati mereka, bahkan gosip atau bisikan terkecil pun dapat diketahuinya. Dan dengan itu pula, dia akan diberi kekuasaan, kemampuan untuk membuka hati, mencerahkan kalbu mereka, baik disadari maupun tidak disadari oleh mereka, dengan cahaya Hakikat dari Hakikat Ke-Esa-an Ilahi."
Di suatu hari Sabtu, tanggal 2 Rajab 802 H, Syaikh Ala'uddin qs berkata, "Aku akan meninggalkan kalian menuju kehidupan yang lain dan tak seorang pun yang dapat menghentikan Aku." Beliau wafat pada hari Rabu, tanggal 20 Rajab 802 H/26 Maret 1400 Masehi dan dimakamkan di Jaganyan, salah satu kota di Bukhara, sekarang terletak di wilayah negara Uzbekistan, Asia Tengah.

Beliau meneruskan rahasia ilmunya kepada satu di antara sekian banyak khalifahnya (deputinya), yaitu Syaikh Ya'qub al-Jarkhi qs.

Semoga Allah SWT menjaga rahasia ilmu Ala'uddin al-Bukhari al-'Aththar qs. dan memberinya kedamaian.

Title Post:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown

Terimakasih sudah berkunjung di blog Kardian Success Line, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

0 komentar:

Post a Comment