Siapakah Muhammad bin Abdul Wahhab?

Oleh: Amrullah Akadhinta
Muhammad bin Abdul Wahhab, sebuah nama yang tidak asing di sebagian orang. Namun banyak pro dan kontra seputar sosok ini. Ada yang menilai beliau sebagai seorang ulama yang menjadi panutan. Namun di sisi lain, sebagian orang yang tidak senang dengan dakwah beliau menganggap beliau sebagai seorang yang keras bahkan pembawa aliran baru dalam Islam. Pada kesempatan kali ini, insya Allah akan sedikit kita bahas tentang sosok Muhammad bin Abdul Wahhab. Namun, karena keterbatasan tempat, hanya sedikit yang dapat kita bahas tentang beliau di lembar buletin ini. Untuk lebih lengkapnya, pembaca dapat membaca sebuah buku berjudul Meluruskan Sejarah Wahhabi yang disusun oleh Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi, kami banyak menukil dari buku tersebut, walhamdulillah.
Latar Belakang Muhammad bin Abdul Wahhab
Nama beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin Musyrif bin Umar dari Bani Tamim. Beliau lahir di Uyainah sebuah kota di Saudi Arabia pada tahun 1115 H dalam lingkungan keluarga yang mulia dan penuh dengan pancaran ilmu agama. Ayah beliau Abdul Wahhab adalah seorang ulama besar di zamannya. Sedangkan kakek beliau Sulaiman adalah seorang ulama Nejd pada waktu itu. Beliau sudah hafal Al Quran sebelum usia 10 tahun. Di waktu kecil, beliau banyak belajar ilmu agama dari ayahnya kemudian ulama lain di Uyainah. Setelah itu beliau meneruskan belajar dengan para ulama di kota Mekkah, Madinah, Nejd dan lainnya.

Pendiri Aliran Ekstrim Wahhabi
Demikianlah tuduhan sebagian orang yang tidak senang terhadap dakwah beliau. Beliau disebut-sebut sebagai pendiri aliran Wahhabi dan bahkan ada sebagian orang yang menganggap ini adalah mazhab ke-5 dalam Islam bahkan ada yang mengatakan bahwa Wahhabi bukanlah termasuk kaum muslimin alias keluar dari Islam. Kebanyakan di antara orang-orang yang tidak senang dengan dakwah beliau tersebut adalah orang-orang yang dikenal kesesatannya seperti orang-orang Syi’ah ataupun orang-orang Sufi yang sangat kental dengan nuansa kesyirikan. Jika ditilik lebih dalam, sebenarnya penamaan Wahhabi merupakan sebuah penamaan yang tidak sesuai karena nama beliau adalah Muhammad sehingga jika mau jujur dan konsekuen, seharusnya mereka menyebut orang-orang yang mengikuti metode beliau sebagai “Muhammadiyah” yaitu pengikutnya Muhammad. Namun Allah menghendaki lain, julukan tersebut ternyata disandarkan pada nama Allah yang mulia yaitu Al Wahhab (Maha Pemberi Karunia).
Namun terlepas dari ini semua, dan apapun nama dan julukan yang diberikan oleh para pengikut kebatilan kepada para pengikut sunnah, hendaknya seorang yang benar-benar jujur dan ikhlas dalam Islam, bisa tetap Istiqomah dan tidak mengultuskan individu tertentu. Jika seorang yang beribadah dengan ikhlas hanya kepada Allah dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan baik disebut sebagai seorang Wahhabi, maka hendaknya kita tidak malu untuk mengakui sebagai seorang Wahhabi. Demikian pula jika seandainya Muhammad bin Abdul Wahhab hidup kembali pada zaman ini, kemudian beliau membawa ajaran yang memerintahkan untuk menyekutukan Allah dalam ibadah dan menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kita tidak akan ragu untuk mengatakan dengan penuh sukarela bahwa Wahhabi model seperti ini adalah sesat dan menyesatkan umat manusia.
Muhammad bin Abdil Wahhab Benci Muhammad bin Abdillah shalallahu ‘alaihi wa sallam
Demikianlah tuduhan lain yang sering dilontarkan kepada beliau. Di antara yang menyebabkan terlontarnya tuduhan ini adalah sangkaan mereka bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab telah melarang murid-murid dan pengikutnya untuk bershalawat kepada Rasul dan menziarahi kubur Rasul Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Persangkaan dusta ini telah dijawab oleh beliau sendiri, Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Kami yakini bahwa kedudukan Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kedudukan makhluk yang paling tinggi secara mutlak . Beliau hidup di kuburnya dengan kehidupan Barzakhiyyah (dalam alam barzakh, antara dunia dan akhirat –pent) yang melebihi kehidupan para syuhada yang ditegaskan dalam Al Quran, sebab tidak diragukan lagi bahwa beliau lebih utama dari mereka. Beliau juga dapat mendengar salam orang yang menyampaikan salam kepadanya. Disunnahkan berziarah ke kuburnya dan barang siapa yang menyibukkan diri dengan mengisi waktunya dengan sholawat kepada Nabishalallahu ‘alaihi wa sallam berupa salawat yang dicontohkan, maka dia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.” (Ad Durar As Saniyyah 1/127-128 sebagaimana disebutkan dalam Meluruskan Sejarah Wahhabi oleh Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi halaman 127 dan 128).
Demikianlah secara singkat dan ringkas tentang sosok Muhammad bin Abdil Wahhab yang dapat kami sampaikan. Beliau adalah salah seorang ulama kaum muslimin di antara sekian banyak ulama yang ada. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk menghormati beliau sebagai seorang ulama dengan bentuk penghormatan yang proporsional dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak juga menyepelekannya. Semoga yang sedikit ini, bisa bermanfaat untuk kita semuanya. Amiin ya Mujibbassaailiin. [Amrullah Akadhinta]
Title Post:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown

Terimakasih sudah berkunjung di blog Kardian Success Line, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

0 komentar:

Post a Comment