Wasiat Ketiga – Imam Al Haddad


BismilLLah’r-Rahman’r-Rahim; wala haula wa la quwwata illa biLLah’i-Aliyy’l-Azhim.
(Dengan nama Allah Maha pemurah lagi Maha Penyayang; tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan Allah).

Al-HamdulliLLah; puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa dalam kemuliaan dan keagungan-Nya. Yang tiada suatu maujud mana pun kecuali bersujud kepada-Nya dan bertasbih memuja-Nya.
Salawat dan salam bagi Sayyidina Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya; berserta keluarga dan sahabatnya.

Amma ba ‘du-ketahuilah wahai saudaraku yang bersungguh-sungguh berkeinginan menempuh jalan (thariq atau thariqah) yang menyampaikan kepada peringkat-peringkat hakikat maha tinggi – bahawa yang paling pokok dan paling utama-dalam pandangan ath-tha-ifah (kelompoh ahli tasawuf) – adalah pemusatan hati (atau kalbu) dalam kecintaan kepada Allah serta pendekatan diri kepada-Nya; disamping pengerahan segenap anggota tubuh untuk beribadah kepada-Nya dengan satu-satunya tujuan dan harapan demi memperoleh kedekatan dengan-Nya.

Anda telah meminta kepada saya – semoga Allah memuliakan anda dengan taufik-Nya dan memasukkan anda dalam kelompok utama para penempuh ‘jalan’ yang menuju kepada-Nya – agar saya menuliskan sebuah wasiat yang singkat dan sesuai dengan kondisi anda sendiri, yang dengannya anda bisa mendapatkan kenyamanan dan ketenangan batin, isamping banyak manfaat yang dapat anda peroleh di dalamnya.
Maka dalam kesempatan ini, saya ingin memenuhi permintaan anda tersebut, seraya mengharapkan kemanfaatannya bagi anda, dan juga doa-doa dari anda yang sudilah kiranya anda panjakan kepada Allah Swt. untuk diri saya.

Bertakwa dan Berpegang Teguh Pada Al-Quran dan As-Sunnah
Ketahuilah bahawa wasiat yang paling bermanfaat dan paling mencakup semua aspek kehidupan dunia dan akhirat adalahw asiat Allah Swt. kepada kita, dan kepada orang-orang sebelum kita, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya,
.....Sunguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu: bertakwalah kepada Allah. (QS An-Nisa’[4]” 131). Demikian pula wasiat Rasullulah Saw. Kepada para sahabatny dan umatnya iaitu berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah.

Melaksanakan Empat Pokok Utama
Manakala hal-hal tersebut di atas telah  anda ketahui, maka kini saya ingin mewasiatkan agar anda menjaga baik-baik dan melaksanakan empat dasar utama, termasuk hukum-hukumnya dan persyaratan-persyaratannya, sebab hal itu merupakan tumpuan dari segalanya, yang apabila sudah benar pada permulaannya akan membuahkan kebenaran juga pada akhirnya.
Pertama: Memelihara kewajiban-kewajiban, baik yang bersifat batiniah,  seperti ikhlas, yakni pemusatan arah dan tujuan bagi Allah saja, Tuhan Yang Maha Esa Yang Tiada sekutu bagi-Nya, ataupun yang bersifat lahiriah, seperti shalat, yakni berdiri dengan khusyu’ mengadap Allah Swt. Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui.

Kedua: Meninggalkan semua maksiat (pelanggaran) baik yang bersifat batiniah seperti mengikuti ajakan hawa nafsu ataupun yang bersifat lahiriahl seperti ikut berdesak-desakan bersama kebanyakan manusia zaman ini, dalam upaya memperebutkan bangkai dunia.

Ketiga : Tidak bersikap sangat menginginkan sesuatu atau menunjukkan kebutuhan kepada sesuatu selain kepada Allah Swt. saja, disamping tidak merendahkan diri di hadapan siapa pun selain di hadapan Allah Swt.

Keempat:bertawakal sepenuhnya dan hanya bergantung kepada Allah Swt. dalam setiap urusan, disamping merasa tercukupi oleh-Nya saja,seraya senantiasa ber-istighfar dab ber isti’anah (meminta pertolongan) kepada-Nya, baik secara terbuka (yakni ketika bersama orang lain) maupun tertutup (yakni ketika berada sendirian).

Perkukuhlah keempat pokok utama tersebut dalam diri anda, kemudina tambahkanlah lagi dengan empat hal lainnya:

Pertama: Kesungguhan dalam melakukan sesuatu, yakni berdaya upaya sejauh kemampuan demi mencapai kedekatan kepada (Allah Swt) Sang Kekasih.

Kedua: Ketulusan, yakni terpusatnya seluruh potensi batiniah dan lahiriah demi meraih sesuatu yang didambakan.

Ketiga:Kesabaran, yakni pemantapan diri untuk senantiasa bersungguh-sungguh dan bersikap tulus dalam menghadapi segala rintangan.

Keempat: Kekuatan dan ketinggian himmah (tekad), yakni tidak merasa puas selain dengan pengorbanan dan peluruhan diri secara tuntas dan sempurna dalam (mencari keridhaan) Allah Swt. seraya meniadakan keinginan atau kebutuhan apa pun kepada makhluk.

Dalam kaitannya dengan makna-makna di atas, alangkah indahnya ungkapan Asy-Syaikh Umar bin Al-faridh dalam syairnya:

Kuwakafkan baginya seluruh cinta dan pengorbananku
Walau takkan puas diriku sebelum benar-benar luruh di dalam dirinya
Pabila selain aku cukup puas dengan bayang-bayang khayalnya
Namun aku takkan puas bahkan dengan (hanya) berhubungan dengannya

Kemudian, sempurnakanlah keempat pokok utama di atas, dan lengkapilah dengan empat lainnya :

Pertama, membaca Al-Quran dengan sungguh-sungguh ber-tadabbur (merenungi maknanya).
Kedua, sering-sering berzikir kepada Allah dengan kehadiran hati.
Ketiga, berdiri dihadapan Allah (bertahajud) dalam kesunyian malam
Keempat, bersahabat dengan orang yang mampu menunjukkan bagimu jalan menuju Allah, atau membantumu dan menguatkan hatimu dalam melaksanakan bakti dan taat kepada-Nya.

Menghindari Persahabatan Dengan Orang-Orang yang Buruk Akhlaknya
Hendaklah anda menghindari persahabatan dengan orang yang dapat membuat anda menjauh dari Allah swt. Dan dari perbuatan ketaatan kepada-Nya. Atau yang mengajakmu melanggar perintah-Nya. Atau yang membuat anda lupa berzzikir (mengingat Allah dan mengucapkan nama-Nya), baik yang ia lakukan dengan ungkapan yang terang-terangan ataupun yang tersembunyi.

Menghindar dari ajakan yang  melalui ucapan terang-terangan tentunya sudah jelas bagi anda. Sedangkan menghindar dari ajakan yang halus tersembunyi ialah dengan menyedari bahawa tidak sekali pun anda duduk-duduk bersama seseorang yang menyembunyikan di dalam hatinya niatan untuk meninggalkan pelbagai ketaatan kepada Allah, atau yang terus-menerus melakukan pelbagai pelanggaran terhadap perintah-perintah-Nya, kecuali akan mengalir pula  dari hatinya ke dalam hati anda, suatu perasaan persetujuan – walau hanya sedikit – atas sikap dari perilakunya itu.

Maka hendaklah anda, pada zaman seperti sekarang ini, tidak memilih duduk berbincang-bincang bersama seseorang, kecuali jika anda merasa yakin dapat memperoleh menfaat darinya, di bidang agama anda. Misalnya, dengan duduk bersamanya, anda akan bertambah kesedaran akan pentingnya jalan yang anda tempuh atau anda bertambah semangat dalam upaya meraih idaman anda atau anda sendiri justeru dapat memberinya manfaat dalam agama0nya. Namun, semua itu tidak boleh dilakukan kecuali setelah anda benar-benar yakin akan keselamatan diri anda sendiri. Camkanlah baik-baik hal ini!

Berhati- hati dan Bersikap Waspada Dalam Pergaulan
Ada tiga motivasi yang dapat memaksa seorang murid (yakni yang hendak bersuluk atau menempuh ‘jalan akhirat’) di suatu saat, untuk bercampur gaul dengan sebahagian masyarakat.

Pertama, kerana memang diwajibkan (ataupun dianjurkan) oleh syariat, misalnya dalam kaitannya dengan anggota keluarga yang dekat.

Kedua, kerana memerlukan sesuatu dalam urusan agama maupun dunianya yang tidak dapat terpenuhi kecuali dengan bergaul dengan mereka.

Ketiga, adakalanya seorang murid merasa sumpek atau kesepian dalam kesendiriannya atau timbul perasaan jenuh yang menghinggapi hatinya setelah lama ber-tawajjuh(mengkonsentrasikan diri dalam beribadat). Perasaan seperti itu sudah merupakan bagian dari tabiat mnausia dan tidak mungkin terhapus atau hilang sama sekali kecuali dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang tertentu. Dan yang demikian itu bahkan termasuk salah satu kiat untuk menenangkan jiwa atau menimbulkan kembali semangat yang sudah mulai pudar, sebagaimana diriwayatkan berkenaan dengan beberapa orang sahabat Nabi Saw.

Oleh sebab itu, seandainya anda pada suatu saat memang memerlukan hiburan atau penyegaran separti itu, hendaklah pertama-tama membaikkan niat anda, dan mencari tahu – atau paling sedikit,memperkirakan – akan keselamatan agama anda ketika bergaul dengan mereka itu. Selanjutnya, seandainya ada suatu pelanggaran (maksiat) yang dilakukan di hadapan anda, maka bertindaklah segera untuk melakukan teguran. Dan apabila teguran anda itu tidak didengarkan dan tidak pula dihiraukan, maka selamatkanlah dirimu dan larilah jauh-jauh demi menyelamatkan agamamu.

Berserah Diri Sepenuhnya Kepada Allah Swt.
Hendaklah anda senantiasa berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt., seraya meyakini bahwa tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan-Nya. Dan seandainya pada suatu saat anda merasa gelisah, atau sumpek, atau dada terasa sempit kerana diliputi kecemasan, maka perbanyakkanlah membaca:

(Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).

Itulah ubat penawar yang sangat bermanfaat dan sangat manjur bagi semua penyakit yang seperti itu.

Perbanyakkan pula doa yang diucapkan oleh Dzu’n-Nun (a.s) sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:

(Tiada Tuhan melainkan Engkau;Maha Suci Engkau, sungguh aku [sebelum ini] termasuk orang-orang zalim)

Mencurigai Diri Sendiri dan Menuntutnya Agar menjadi Lebih Baik
Hendaklah anda selalu mencurigai diri anda sendiri (atau menujukan tuduhan kepadanya) di setiap saat, baik ia dalam keadaan pauh ataupun dalam keadaan menentang. Jangan sekali-kali merasakan kepuasan berkaitan dengannya sebab barang siapa puas dengan dirinya sendiri, akan menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Tuntutlah ia agar selalu tunduk patuh kepada Tuhannya, dan sadarkalah ia selalu akan pelbagai kekurangannya dalam menunaikan kewajipan terhadap-Nya, betapa pun anda merasa telah melakukan upaya maksimal ke arah itu. Sebab, sungguh amat besar hak Tuhanmu atasnya.

Mensyukuri Kurnia-kurnia Allah
Hendaklah anda selalu mengingat nikmat kurnia Allah- yang bersifat lahiriah maupun batiniah dan yang ebrkaitan dengan urusan agama maupun dunia- yang dilimpahkan kepada anda. Perbanyakkan syukurmu itu dalam setiap kesempatan dengan hatimu maupun melalui ucapanmu.

Ungkapan syukur dengan hatia adalah dengan menyedari bahawa setiap nikmat yang diperolehnya adalah dari Allah Swt. Dan bahwa kegembiraannya ketika menerima suatu kenikmatan adalah disebabkan hal itu merupakan salah satu wasilah (sarana) untuk pendekatan diri kepada-Nya.

Adapun ungkapan syukur melalui lisan adalah dengan memperbanyakkan puji-pujian kepada Allah Swt., Sang Pelimpah kenikmatan. Sedangkan yang melalui anggota-anggota tubuh lainnya adalah dengan mengarahkan semua kenikmatan itu untuk dijadikan sarana mencari keredhaan Allah Swt., disamping menggunakannya sebagai alat bantu dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Jangan Memberikan Perhatian Berlebihan Terhadap Urusan Rezeki
Title Post:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown

Terimakasih sudah berkunjung di blog Kardian Success Line, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

0 komentar:

Post a Comment