Orang-Orang Yang Terpilih


Riwayat dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah Ta’a ridlo kepadamu tiga hal; Dia ridlo kepadamu bahwa kamu menyembahNya, dan tidak melakukan kemusyrikan kepadaNya sedikit pun; hendaknya kamu berkait  semua dengan Tali Allah dan tidak terpisah-pisah; dan hendaknya kamu memberikan nasehat kepada orang yang dianggak oleh Allah sebagai pemimpin kamu.

Dan Allah tidak suka kepadamu (tiga hal): Katanya dan katanya; banyak bertanya; dan menelantarkan harta. (Hr Ahmad dalam Musnadnya)

Hadits ini menunjukkan detil-detil aturan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala dimana sang arif tak lagi menghindar pada yang lainNya, karena rahasia terliput di dalamnya, yaitu tangga-tangga bagi orang yang dipilihNya dalam rangka menuju kepadaNya.

Sesungguhnya Allah mempunyai para hamba yang dipilih untuk ma’rifat kepadaNya, dan memberikan wilayah istimewa untuk mencintaiNya, dan memilih mereka untuk gabung bersamaNya, dan memuliakan mereka untuk mesra dengan mereka , mendekatkan mereka untuk munajat kepadaNya, membangkitkan mereka untuk dzikir kepadaNya, dan menggerakkan lisan mereka untuk bicara dengan hikmah dariNya, memberikan rasa indah dari piala-piala cintaNya, serta memberikan kemuliaan di atas makhluk-makhlukNya.

Sehingga para hamba itu tidak ingin pindah ke lain hati, tidak ingin menambatkan jaminan kecuali kepadaNya, tidak ingin pula yang lainNya sebagai penolong dan tempat pasrah dirinya. 

Mereka melampaui yang lainnya, bukan karena banyaknya amal  ibadah. Tetapi melalui kehendak yang benar menuju Allah dan rasa yaqin yang bagus disertai rasa wara’ yang sungguh-sungguh, memutuskan hatinya hanya bagi Allah dan membersihkan rahasia jiwanya dari segala hal selain Allah Ta’ala.

Kemudian Allah memberikan instisari rasa konsumsi ma’rifat, lalu menempatkan pada hadirat KemahasucianNya. Serasa tak sabar untuk tidak mengingatNya dan tak pernah kenyang dengan kebajikanNya dan tidak pernah merasa istirahat jika bertumpu pada yang lainNya.
Betapa elok mereka itu. Namun betapa sedikit jumlah mereka itu. Betapa agung kehadiran mereka itu.  Denga mereka itu Allah menjaga cintaNya hingga sampai  melimpah pada pandangan-pandangan mereka.

Betapa indahnya apa yang mereka raih itu. Mereka adalah kaum Zuhud yang menghindari apa yang disenangi oleh kaum yang alpa. Mereka adalah yang mesra bergembira , dimana orang-orang bodoh malah merasa ketakutan.  Mereka adalah hamba-hamba yang rindu, dimana orang-orang yang lalai  lari darinya.

Mereka adalah yang memandang dengan mata hati, menembus hakikat yang tersembunyi. Ruh-ruh mereka muncul di alam malakut. Hasrat mereka hanya dalam sirrnya, dan sirr mereka hanya ada di sisiNya, denganNya mereka mendengar, denganNya mereka memandang, denganNya mereka berkehendak, denganNya mereka bergerak. Hati mereka dengan segala kemesraannya senantiasa penuh dengan cinta kepadaNya.

Abu Yazid al-Bisthamy ra mengatakan: “Kebanyakan manusia berlindung dari Iblis, padahal Iblis berlindung dariku.”
Abu Yazid ditanya, “Bagaimana ini? Sedangkan Rasulullah al-Mustofa SAW saja diperintahkan untuk berlindung dari Iblis, melalui firman Allah Ta’ala, ”Katakan, Oh Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari rekayasa syetan..”

Abu Yazid menjawab: “Allah Ta’ala, dalam ayat tersebut, sesungguhnya memerintahkan agar berpegang teguh kepada Allah, menyerahkan perkara hanya kepadaNya; tentu berbeda berlindung dari Iblis dan berpegang teguh kepada Allah. Sedangkan Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya hamba-hambaKu tiada bagimu kemampuan (menggoda) bagi mereka.”[pagebreak]
Dzun Nuun al-Mishry menegaskan, “Bagi seorang arif (orang yang ma’rifat) ada dua: Api (Naar) dan Cahaya (Nur): Api cinta dan rasa takut (khasyyah) dan cahaya ma’rifat. Secara lahiriyah dibakar oleh api cinta dan rasa takut, dan batinnya di cahayai oleh nur ma’rifat.”
Dunia menangis pada orang arif dengan airmata kefanaannya
Akhirat tersenyum kepadanya dengan usia keabadiannya
Bagaimana syetan mampu mendekat kepada mereka, lahir maupun batin? Kecuali sekedar lewat yang cepat kilat belaka? Atau seperti angin lalu saja?
  • Jika syetan datang melalui pandangan mata, maka api pelajaran ruhani (‘ibrah) membakarnya.
  • Jika syetan datang melalui nafsunya, maka api khidmah kepada Allah membakarnya
  • Jika syetan datang dari arah akalnya maka api renungan telah membakarnya.
  • Jika syetan datang dari arah qalbunya, maka api rindu dan cinta telah membakarnya
  • Jika syetan datang  dari arah sirrnya (rahasia jiwanya) maka api taqqarrub dan musyahadah telah membakarnya.

Kadang rasa takut dan cinta telah membakar hatinya, dan pula dipadamkan oleh cahaya ma’rifat. Jika api takut dan cinta menyatu dengan cahaya ma’rifat, spoi lembutnya angin Ilahiyah muncul dari sutera kemesraan dan taqarrub, lalu muncullah kebeningan  Ilahi pada hamba, keakuannya lebur dalam |Uluhiyah sebagaimana sang hamba di zaman Azali dulu.

Abu Sulaiman ra mengatakan, “Orang arif itu bisa dibuka jiwanya ketika ia tidur,  yang melebihi dibukanya orang biasa yang sedang sholat sekali pun.”
Dan lebih dari itu ia melewati dua alam (dunia dan akhirat) tanpa ia menoleh sedikit pun kepada selain DiriNya.
Syeikh abu Bakr al-Wasithy mengatakan, “ Lingkaran kaum ‘Arif dengan yang Dicinta (Allah) berkisar pada empat hal:
  1. Kegembiraan Ma’rifat: Yang berbaur dengan pandangan akan keindahan ‘Inayah.
  2. Kemanisan Khidmah: Berbaur dengan ingatan anugerah.
  3. Kemesraan bersamaNya: Berbaur dengan kelezatan-kelezatan kedekatan padaNya.
  4. Ketakutan berpisah: Berbaur dengan perwujudan hakikat kesempurnaan QudratNya.
Dzun Nuun al-Mishry mengatakan, “Orang a’rif itu antara kebajikan dan dzikir, dimana Allah tak pernah bosan melimpahkan kebajikannya dan ‘arif tak pernah kenyang dengan dzikir kepadaNya.”
Sebagian Sufi pernah ditanya tentang firman Allah Ta’ala:
“Dan sesungguhnya, Dialah yang membuatmu tertawa dan menangis…”

Allah menciptakan tawaria kepada ‘arifin melalui kegembiraan ma’rifat kepadaNya, dan menciptakan tangis kepadaNya atas ketakutan akan pisah denganNya, dan Allah mematikan yang dikehendakiNya melalui pedang pemotongNya, dan menghidupkan yang dikehendakiNya melalui ruh kesinambungannya, agar para makhluk tahu bahwa Dialah Yang Maha Bertindak apa yang DikehendakiNya.

Aisyah ra ditanya, “Bagaimana orang beriman yang ma’rifat besok dihisab?”
Lalu beliau menjawab, “Bagi orang ‘arifun tidak dihisab,
tetapi mereka di tegur”.

Diceritakan bahwa  suatu hari Nabi Sulaiman as, melihat kerajaannya, lalu Allah memerintahkan angin untuk membuka auratnya, lalu Sulaiman berkata kepada angin, “Hai kembalikan bajuku…!” Lalu angin berkata, “Kembalikan hatimu ke tempatnya…!”

Amboi indahnya bagi kaum ‘arifin, dimana Allah mengenalkan diriNya pada mereka sebelum mereka mengenalNya, dan memuliakan mereka sebelum mereka mengenal kemuliaan.
Mereka adalah jiwa-jiwa dimana dirinya adalah bernuansa ruhaniyah, hati mereka adalah samawiyah (serba langit), hasrat mereka senantiasa dalam ridloNya, dada mereka  bergetar, qalbu mereka penuh rasa takut dan mata mereka berlinang.

Mereka  merenung lalu mereka mengetahui, mereka menemukan lalu berangkat, lantas cahaya qalbunya dibukakan oleh Allah.
Ada kaum yang dipilihkan untuk DiriNya
Dipilih dari zaman yang dahulu
Dipilih dari zaman sebelum fitrah diciptakan
pada mereka ada titipan hikmah dan penjelasan.
Title Post:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown

Terimakasih sudah berkunjung di blog Kardian Success Line, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

0 komentar:

Post a Comment